B A T I K . . .
· Sejarah Batik Indonesia .
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak
abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar . Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman . Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya . Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini .
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam . Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri .
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam . Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri .
Batik berdasarkan kategori alat/instrumen nya bisa dibagi menjadi 3 yaitu :
- Batik Tulis - yaitu batik yang proses penempelan malamnya menggunakan canting tulis .
- Batik Cap - yaitu batik yang proses penempelan malamnya menggunakan canting cap .
- Batik Kombinasi - yaitu kombinasi antara keduanya .
· Perkembangan Batik di Indonesia .
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya . Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta .
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing .
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur . |
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya . Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920 . Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia .
| | |
· Ditinjau dari Segi Kebudayaan .
Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparta menyatakan bahwa sebelum masuknya kebudayaan India bangsa Indonesia telah mengenal teknik membuat kain batik (Widodo, 1983 : 2) .
Batik merupakan hasil budaya bangsa Indonesia. Motif-motifnya merupakan perkembangan dari paduan berbagai pengaruh dari kebudayaan lain. Unsur keindahan pada motif, corak dan warna batik mengalami perubahan sesuai dengan jamannya .
· Ditinjau dari Design batik dan proses “ Loax-resist tehnique”
Prof. Dr. Alfred Steinmann mengemukakan bahwa :
1. Telah ada semacam batik di Jepang pada zaman dinasti Nara yang disebut “Ro-Kechr”, di China pada zaman dinasti T’ang, di Bangkok dan Turkestan Timur. Design batik dari daerah-daerah tersebut pada umumnya bermotif geometris, sedang batik Indonesia lebih banyak variasinya . Batik dari India Selatan (baru mulai dibuat tahun 1516 di Palekat dan Gujarat) Adalah sejenis kain batik lukisan lilin yang terkenal dengan nama batik Palekat . Perkembangan batik India mencapai puncaknya pada abad 17-19.
2. Daerah-daerah di Indonesia yang tidak terpengaruh kebudayaan India, ada produksi batik pula, misalnya di Toraja, daerah Sulawesi, Irian dan Sumatera .
3. Tidak terdapat persamaan ornamen batik Indonesia dengan ornamen batik India. Misal : di India tidak terdapat tumpal, pohon hayat, caruda, dan isen-isen cece serta sawut .
· Ditinjau dari Segi Sejarah .
Baik Prof. M. Yamin maupun Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparta, mengemukakan bahwa batik di Indonesia telah ada sejak zaman Sriwijaya, Tiongkok pada zaman dinasti Sung atau T’ang (abad 7-9). Kota-kota penghasil batik, antara lain : Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Lasem, Banyumas, Purbalingga, Surakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Tulunggagung, Ponorogo, Jakarta, Tegal, Indramayu, Ciamis, Garut, Kebumen, Purworejo, Klaten, Boyolali, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Kudus, dan Wonogiri (Widodo, 1983 : 2-3) .
Sejarah batik diperkirakan dimulai pada zaman prasejarah dalam bentuk prabatik dan mencapai hasil proses perkembangannya pada zaman Hindu. Sesuai dengan lingkungan seni budaya zaman Hindu seni batik merupakan karya seni Istana. Dengan bakuan tradisi yang diteruskan pada zaman Islam . Hasil yang telah dicapai pada zaman Hindu, baik teknis maupun estetis, pada zaman Islam dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru (Yudaseputro, 2000 : 97).http://nesaci.com/pengertian-batik-dan-sejarah-batik-indonesia/google search
Presiden mengatakan, penjualan batik di dalam negeri tahun 2006 mencapai Rp 2,9 triliun. Angka itu naik menjadi Rp 3,9 triliun pada 2010. Ekspor batik di 2006, kata Presiden, masih senilai 14,3 juta dollar AS. Angka ekspor tahun 2010 kemudian naik 56 persen menjadi 22,3 juta AS .
"Saya masih melihat peluang untuk meningkat lebih tinggi dan lebih besar lagi," kata Presiden saat memberikan sambutan dalam pembukaan World Batik Summit (WBS) 2011 di Jakarta Convention Center, Rabu (28/9/2011) .
· Pengaruh Batik dalam segi Ekonomi .
JAKARTA--MICOM: Industri perbatikan Indonesia telah menyumbangkan ekonomi kreatif yang mencapai Rp3 triliun setiap tahunnya dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 7 juta orang baik secara langsung maupun tidak langsung.
Cukup besarnya sumbangan dari industri perbatikan ini, maka nilai strategis warisan budaya batik ini perlu didukung semua pihak dan tidak boleh tergerus oleh isu merusak lingkungan, kata Ketua Umum Panitia World Batik Summit 2011 Doddy Soepardi di Museum Tekstil, Jakarta, Rabu (25/5) .
"Ada isu bahwa industri batik itu merusak lingkungan dengan bahan-bahan pewarnanya, justru di sini kita akan buktikan bahwa batik sebagai industri ramah lingkungan," katanya (Doddy Soepardi) .
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/05/25/228797/21/2/Industri-Batik-Sumbang-Ekonomi-Kreatif-Rp3-Triliun
Cukup besarnya sumbangan dari industri perbatikan ini, maka nilai strategis warisan budaya batik ini perlu didukung semua pihak dan tidak boleh tergerus oleh isu merusak lingkungan, kata Ketua Umum Panitia World Batik Summit 2011 Doddy Soepardi di Museum Tekstil, Jakarta, Rabu (25/5) .
"Ada isu bahwa industri batik itu merusak lingkungan dengan bahan-bahan pewarnanya, justru di sini kita akan buktikan bahwa batik sebagai industri ramah lingkungan," katanya (Doddy Soepardi) .
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/05/25/228797/21/2/Industri-Batik-Sumbang-Ekonomi-Kreatif-Rp3-Triliun
· Pengaruh Industri Batik Bagi Lingkungan .
Kamar Dagang dan Industri Jerman-Indonesia (EKONID) meluncurkan program Clean Batik Initiative (CBI) di Museum Tekstil, Jakarta, Selasa 2 Maret 2010. Program ini yang bertujuan untuk 'menghijaukan' wajah industri batik tradisional Indonesia .
thebeautifulsideofindonesia.files.wordpress.com
Industri batik tradisional, yang menyerap sekitar 800 ribu pekerja di seluruh Indonesia, ternyata dalam proses produksinya tidak luput dari dampak buruk bagi lingkungan. Pada 2009, industri batik tercatat sebagai penghasil emisi karbon tahunan tertinggi diantara sektor sejenisnya .
Ini terjadi akibat ketergantungan yang tinggi pada penggunaan BBM dan listrik dalam proses produksi batik tradisional. Ada banyak juga sentra industri batik yang berlebihan menggunakan lilin, celupan bahan kimia dan pemutih buatan yang sangat membahayakan manusia dan lingkungan.
CBI menawarkan pendampingan dan pelatihan bagi 500 Usaha Kecil Menengah (UKM) batik yang tersebar di 6 Provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur. Ide dasar CBI adalah untuk meredam dampak buruk pembuatan batik tradisional pada lingkungan hidup. Penghematan biaya produksi batik melalui manajemen yang baik, penanganan bahan dan limbah kimia, serta efisiensi air dan listrik . (http://www.greenradio.fm/news/latest/2387-industri-batik-ramah-lingkungan)
· Pengaruh Positif Budaya Batik
Batik, Penyumbang Kesejahteraan Masyarakat
Batik Indonesia merupakan salah satu ikon budaya hasil kearifan bangsa Indonesia. Sebagai salah satu industri kreatif berbasis budaya, Batik telah menjelma menjadi sumbermata pencaharian masyarakat. Tak kurang dari 800 ribu pengrajin dan pengusaha batik yang tersebar di hampir seluruh propinsi di Indonesia menggantungkan hidupnya dari industri ini . Batik juga telah ikut melambungkan nama Indonesia di kanca dunia internasional. Sebagaimana telah terinskripsi pada Daftar Representatif sebagai Budaya Takbenda Warisan Manusia pada 4th Session of the Intergovernmental Committee on Safeguarding Intangible Cultural Heritage UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab tahun 2009 yang lalu .“Industri tekstil kita menyumbangkan devisa mencapai Rp50 triliun ke kas negara. Batik adalah bagian dari industri tekstil kapasitasnya bisa digenjot empat kali lipat,” kata Menko Kesra , Agung Laksono .
Dalam perkembanganya batik yang semulah berupa selembar kain kini telah merambah ke berbagai bentuk seperti produk pakaian, upholstery (sarung bantal, Urai), dan produk sepatu. Namun sebagai produk yang telah mendunia batik juga harus memperhatikan eco efisiensi dengan proses produk yang bersih dan ramah lingkungan agar dapat bersaing dan memperluas penetrasi ke pasar dunia. Sebab tren permintaan dunia mengarah pada produk yang ramah lingkungan.
“Pengakuan dunia atas batik Indonesia berpengaruh positif terhadap pasar. Hal ini memberi indikasi bahwa eco-product batik dapat menjadi bagian utama dari busana dunia,” tutur Menteri Perindustrian Mohammad S Hidayat .( http://majalahkomite.wordpress.com/2010/10/19/batik-penyumbang-kesejahteraan-masyarakat/)
· Pengaruh Negatif Budaya Batik
- Bahaya limbah
Sebagian besar berasal dari industri rumah tangga. Bahkan, sebagian industri rumahan membuang limbah ke sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Perbuatan tersebut membuat air sungai menjadi kotor dan tercemar .Efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan oleh perajin batik adalah risiko terkena kanker kulit. Ini terjadi karena saat proses pewarnaan, umumnya para perajin tidak menggunakan sarung tangan sebagai pengaman, kalaupun memakai, tidak benar-benar terlindung secara maksimal .
Akibatnya, kulit tangan terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia berbahaya seperti Naptol yang lazim digunakan dalam industri batik. Bahan kimia yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit .
Selain itu, limbah pewarna yang dibuang sembarangan, juga bisa mencemari lingkungan. Ekosistem sungai rusak. Akibatnya, ikan-ikan mati dan air sungai tidak dapat dimanfaatkan lagi. Lebih dari itu, air sungai yang telah tercemar meresap ke sumur dan mencemari sumur. Padahal air itulah yang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari .
- Pengelolaan Limbah
Beberapa pabrik berskala besar memang telah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah limbah cair industri batik. Namun, jumlah itu tak sepadan dengan limbah yang dihasilkan setiap hari. Pengusaha yang abai terhadap pengolahan limbah jauh lebih banyak . Mereka belum menganggarkan pengelolaan limbah ke dalam pos biaya produksi, sehingga masih enggan untuk mengolah limbah sebelum dialirkan ke sungai. Masih banyak pengusaha yang beranggapan, pengelolaan dan pengolahan limbah hanya menjadi tanggung jawab pemerintah .
Pembangunan Unit Pengelolaan Limbah Terpadu yang diprakarsai pemerintah, seperti yang telah ada di Desa Jenggot, mungkin menjadi alternatif bagi perajin kecil yang tak mampu mengelola sendiri limbahnya karena besarnya investasi. Namun, jumlah unit pengolahan limbah terpadu jauh dari memadai, sehingga perlu ditambah jumlah maupun kapasitasnya . Menurut data, kapasitas unit pengolah limbah di Jenggot ini baru mencapai 400 meter kubik perhari, sementara limbah yang dihasilkan mencapai 700 meter kubik perhari. Itu baru di kawasan Jenggot dan sekitarnya. Belum lagi limbah dari sentra-sentra industri batik lainnya seperti di Kecamatan Wiradesa, Pabean, Buaran, Kramatsari, Pasirsari, dan Setono .
Meski nilai investasi pembangunan unit pengolahan limbah terpadu.terbilang besar-di Desa Jenggot misalnya, menelan anggaran Rp 1,7 miliar-namun upaya ini tetap harus dilakukan. Jika tidak, kelangsungan hidup warga akan terancam karena kualitas air tanah dan sungai menurun akibat pencemaran . http://www.suaramerdeka.com/harian/0704/26/opi07.htm .google search .
· Pengaruh Dalam Peningkatan Taraf Ekonomi Budaya Batik
Kesimpulan :1). Usaha batik dapat menjadi sumber pendapatan utama maupun pendapatan sampingan ,usaha ini juga menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran .
2). penggunaan manajemen dapat mempengaruhi hasil pendapatan pengusaha batik .
3). Persaingan diantara para pengusaha batik yang dapat dikatakan belum sehat karena masih ada pengusaha batik yang menetapkan tarifnya diatas maupun dibawah harga yang telah disepakati .
http://festivalilmiah.uns.ac.id/2011/07/02-potensi-usaha-batik-sebagai-upaya-meningkatkan-daya-saing-masyarakat-studi-kasus-di-kalurahanpajangkecamatan-laweyansurakarta/
Pengaruh Dalam Peningkatan Lapangan Kerja Budaya batik
Berhasil atau tidaknya usaha meningkatkan minat pelanggan pada suatu perusahaan banyak dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia karyawan ,dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja sekaligus menerapkannya ditempat mereka bekerja .Perusahaan yang memiliki tingkat produktifitas kerja tinggi berarti akan melaksanakan proses pemasaran pada tingkat tinggi pula .Perusahaan Batik mungkin dapat mengalami kegagalan dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan apabila perusahaan tidak mengetahui bentuk layanan yang sebenarnya diinginkan pelanggan .Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan suatu kualitas pelayanan suatu perusahaan eceran mungkin akan memberikan kepuasan kepada pelanggan yang kemudian menciptakan minat bagi pelanggan untuk melakukan pembelian di perusahaan eceran tersebut .(Setyawan dan Ihwan ,2004: 77)
Pada saat mendengar kata pelanggan ,kebanyakan orang mengasosiasikan dengan pembeli ,sehingga pengertian ini menjadi lebih sempit .Kata pelanggan memiliki arti yang jauh lebih luas karena mencakup mereka yang memperoleh manfaat dari suatu kegiatan baik produksi atau jasa .Pelayanan atau jasa disini adalah pelayanan para karyawan perusahaan batik yang sangat menentukan kepuasan pelanggan dengan kinerja para karyawan ,karyawan harus memperhatikan faktor faktor strategis yang mendukung kinerja agar sesuai harapan para pelanggan .
Harapan pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lalunya ,pembicaraan dari mulut ke mulut serta promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa ,kemudian dibandingkan untuk membentuk kualitas jasa yang menyoroti syarat – syarat utama untuk memberikan kualitas jasa yang diharapkan (parasurama dkk ,1991:240) .Kepuasan konsumen dalam bisnis perusahaan batik dapat diukur dari kesenjangan antara harapan dan persepsi pelanggan tentang produk yang akan diterima .( http://etd.eprints.ums.ac.id/1909/1/A210030029.pdf ,google search )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar